20 October 2011

sapi perahan Indonesia

                Ada banyak cerita tentang sukarelawan dan orang-orang yang penuh kasih dimanapun di belahan dunia ini. Mereka seperti malaikat pelindung yang menjelma menjadi manusia dan menebarkan kasih serta harapan dimanapun mereka berada. Ketika memandang foto ini dan membayangkan perlakuan sekelompok manusia lain yang memperlakukan Papua seperti “sapi perahan”, sungguh amat ironis dan menyedihkan. Adalah pekerjaan hina bila sekumpulan orang megeksploitasi suatu wilayah dan menelantarkan penduduk asli di wilayah tersebut, apalagi bila pekerjaan seperti itu direstui oleh Negara. Orang-orang beragama yang benar manapun tak akan bisa membenarkan perbuatan seperti itu.
            Memang jelas tertulis dalam Undang-Undang Dasar, bahwa tanah, air dan segala yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Tetapi melupakan penduduk asli yang sudah hidup ratusan tahun di wilayah tersebut adalah sungguh-sungguh perbuatan tak pantas. Perbuatan-perbuatan semacam inilah yang ujung-ujungnya pasti melahirkan pertikaian. Tidak mungkin sebuah kedamainan abadi tercipta ditengah berlangsungnya ketidak-adilan di tanah Papua.
        Sama halnya orang yang pintar otaknya bisa menjelma menjadi monster yang mengerikan tanpa memiliki kecerdasan perasaan. Tokoh teroris adalah contoh yang amat gamblang. Kalau kita bisa mengutuk begitu keras pada tindakan teroris, maka seharusnya kita juga bisa mengutuk keras terhadap segala bentuk ketidak-adilan di wilayah-wilayah terbelakang yang dijadikan obyek-obyek “sapi perahan”. Saya berharap, Negara ini memiliki martabat terhormat untuk tidak melakukan hal-hal semacam ini, hal yang amat hina dan memalukan. Mari kita belajar dan berjuang menjadi bangsa besar yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Lebih baik menjadi orang kere dengan hati mulia daripada menjadi orang kaya dari hasil kerja yang diharamkan.
           Jangan memberi makan anak-anak pribumi papua dengan uang bore (tipuan) dan jangan membiayai bangsa papua dari hasil kerja tak bermartabat. Bukan berarti kita menolak investasi asing, tapi kita mau asing yang tahu adat! Komitmen seperti ini harus datang dari pihak pribumi, demi sebuah nilai keluhuran kemanusiaan yang wajib kita perjuangkan dan pegang teguh.

2 comments:

  1. mental bangsa ini sangat perlu "pengobatan".........generasi mendatang harus bisa lebih baik dari hari ini!!!!

    ReplyDelete
  2. iya bro, negara kita memang bgini. kotoran dimata orang bisa kita lihat tapi kotoran dimata kita sendiri susah tuk dikelaurkan. sungguh sedih juga.

    ReplyDelete

Terimakasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan tanggapan/saran/sanggahan/motivasi atau apapun yang berkaitan dengan postingan diatas. Mohon maaf, Apabila mengandung Komentar yang bersifat:
1. Pornografi.
2. Rasisme.
3. SPAM.
4. atau Apapun yang menyinggung orang/pihak lain maka komentarnya akan dihapus. Terimakasih