28 May 2014

Lolos Dari Cobaan


Malam hari telah datang. Seperti biasa, saya masih sibuk dengan kegiatan yang telah saya mulai dari siang hari. Mata masih tetap menatap laptop, kaki tak ingin berpijak kemana pun. Kondisi masih stabil, sambil sesekali bernyanyi lagu-lagu yang sepintas lewat dalam ingatan saya. Mata masih tetap menatap monitor laptop yang dengan sengaja kontrasnya  diturunkan untuk melindungi mata dari radiasi. Mulut sesekali berteriak, melihat kecepatan laptop yang tidak sesuai dengan harapan (kadang lola).

Ilustrasi
Tidak terasa telah larut malam. Rasa lapar pun tak tertahankan. saya bergegas ke kamar dan memeriksa celana panjang yang telah dipakai siang hari. Ternyata masih ada sisa uang yang masih tersimpan di dalam saku. Dengan cepat, saya menggenggam uang tersebut dan menghidupkan motor lalu mencari warung pecel  24 jam. Setelah sampai di warung tersebut, seperti biasanya saya memesan bebek goreng dan menunggu (kebetulan waktu itu saya suruh mas tolong bungkus) di luar warung sambil sesekali melirik ke arah jalan raya menuju ke kampus.

Kendaraan yang lalu lalang sangat sedikit karena telah larut malam. Dari kejauhan terlihat sesosok pria yang berjalan sambil membawa barang di punggungnya. Makin lama pria tersebut makin dekat, suasana sangat sunyi pada saat itu. Pesanan makanan yang saya pesan pun belum selesai. Dari jarak yang dekat, setelah saya perhatikan dengan seksama. Pria tersebut ternyata menggendong seorang bayi. Pria tersebut berjalan di jalur berlawanan dengan saya, namun setelah melihat warung pria tersebut menyebrang jalan dan mendekati warung tersebut dan bayi yang digendong itu menangis tersedu-seduh seakan ada orang yang memukulnya.

Tidak menunggu lama, pria tersebut langsung masuk ke dalam warung dan meminta bantuan kepada pemilik warung untuk mengantarnya ke tempat tujuan dengan alasan anaknya sakit dan ingin pulang ke rumahnya. Namun, setelah melihat gerak-gerik dari pria tersebut. Pemilik warung menolak untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Setelah itu, pria itu membalikkan badan dan meminta saya untuk mengantarkannya. Sebagai manusia sosial, hati saya tergerak untuk mengantarnya ke tempat tujuan mas tersebut. Seketika, saya menyalakan motor, hati kecil saya berkata "robi jangan antar orang yang tidak kamu kenal, ini sudah larut malam".

Sambil mempertimbangkan kata diatas. Sengaja saya tidak meng-on kan kunci motor lalu star motor dengan alasan motor saya mogok. Sejenak saya melihat pria tersebut ternyata dia membawa pisau panjang di samping pinggangnya dan bayi yang tadinya menangis tiba-tiba diam. Pemilik warung dengan cepat memanggil saya dan memberikan kode kepada saya agar tidak mengantar orang yang tidak diketahui identitasnya. Pesanan makan saya sudah jadi, saya bergegas meninggalkan pria tersebut dengan dalih motor saya macet dan mendorongnya hingga jarak yang agak jauh. Setelah itu, saya menyalakan motor dan pulang ke kosan.

Besok paginya saya bangun seperti biasa dan mendengar berita kurang baik. Ternyata jarak 100 meter dari warung tersebut terjadi suatu aksi perkelahian antara sekelompok orang tak dikenal dengan pemilik warung. modus yang mereka gunakan juga sama dengan yang mereka lakukan di warung yang saya beli tengah malam itu. Beruntung, pemilik warung yang terlibat berkelahi ini memiliki ilmu bela diri  yang baik sehingga bisa lolos dari aksi pembunuhan tersebut. Setelah mendengar berita tersebut, saya sedikit terdiam dan mengucapkan rasa syukur saya kepada Tuhan atas perlindungan dan penyertaannya sehingga saya bisa lolos dari cobaan tersebut. 

Jadi, saran kepada para pembaca yang membaca cerita ini agar berhati-hati mengantarkan orang yang kita tidak kenal. Apalagi kalau suasananya gelap gulita...."

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan tanggapan/saran/sanggahan/motivasi atau apapun yang berkaitan dengan postingan diatas. Mohon maaf, Apabila mengandung Komentar yang bersifat:
1. Pornografi.
2. Rasisme.
3. SPAM.
4. atau Apapun yang menyinggung orang/pihak lain maka komentarnya akan dihapus. Terimakasih