06 March 2012

ASAL-USUL ORANG ASMAT MENJADI PENGUKIR

  Pada zaman dahulu, di daerah Asmat hiduplah seorang ahli seni pahat bernama Fumiripitsy. Fumiripitsy mempunyai seorang teman karib. Mereka hidup aman dan damai. Pada waktu itu ada seorang gadis cantik bernama Tewarautsy. Fumiripitsy kemudian jatuh cinta keapada Tewarautsy si gadis yang cantik itu. Namun saying, jalinan cinta antara Fumiripitsy dengan Tewarautsy tidak mendalam lantaran kedua insan ini tidak pernah bertemu. Konon, di luar dugaan Fumiripitsy pada suatu hari melihat teman karibnya bercanda mesra dengan Tewarautsy. Fumiritsy menjadi cemburu dan ia berusaha menggoda gadis itu dan godaannya berhasil.
Pada suatu hari, Fumiripitsy dan Tewarautsy berjanji untuk bertem dekat sebuah sungai, pada pagi hari. Rencana kedua insane yang sedang mabuk asmara ini dirahasiakan agar tidak diketahui oleh siapa pun. Setelah tiba hari yang ditentukan, dikala fajar merekah di ufuk timur, Tewarautsy menyiapkan diri untuk pergi dan mengajak beberapa teman wanitanya agar dapat pergi bersama-sama dengannya mencari ikan di tanjung, di tempat yang mereka tentukan. Tanpa mengetahui rencan Tewarautsy teman-teman setuju, lalu berangkatlah mereka ke tanjung. Setelah Tewarautsy bersama teman-temannya berangkat, beberapa saat kemudian Fumiripitsy bersama teman karibnya menyusul mereka. Ketika mendekati tempat yang telah dijanjikan, Fumiripitsy berkata kepada teman karibnya, “Teman, saya mau pergi buang air di hutan sana”. Boleh teman menunggu saya disini?” tanpa curiga ia membiarkan Fumiripitsy pergi dengan sebuah perahu ke tepi sungai yang telah disepakati. Tinggallah teman karibnya seorang diri.
Sebenarnya, kepergian Fumiripitsy bukanlah untuk buang air, melainkan bertemu dengan kekasinya Tewarautsy. Mereka kemudian bercanda ria. Sementara itu, temannya gelisah karena Fumiripitsy belum juga muncul. Dengan perasaan ceman dan tak sabar menunggu, ia bergegas menyusul Fumiripitsy dengan berjalan kaki. Dalam perjalanannya ia terus menerus memikirkan Fumiripitsy. Dibenaknya berkecamuk berbagai pertanyaan yang menghantui, :”apakah yang telah terjadi atas Fumiripitsy? Apakah ia hilang di hutan..? ataukah telah diserang oleh binatang buas..?
Setelah beberapa waktu lamanya, lewat celah-celah pohon ia melihat Fumiripitsy sedang asyik bercanda dengan seorang gadis. Ia penasaran, ingin cepat mengetahui siapa gadis itu sesungguhnya. Dengan hati-hati, agar tidak diketahui oleh keduanya, ia mendekati mereka, “aha, ternyata gadis itu adalah Tewarautsy”. Hatinya kesal dan marah. Kemudian ia melangkah menuju perahu yang sedang berlabuh di tepi sungai yang dipakai oleh teman karibnya itu. Dinaikinya perahu itu dan pulang ke kampong.
Setelah puas bercanda dengan kekasihnya, ia kembali ke tepi sungai. Setibanya disana, tenyata perahunya telah tiada. Lalu ia memanggil-manggil teman karibnya itu dengan suara kesal, “sahabaaaat… saaahaaabbbaaat! Dimana engkau sekarang? Mari kita pulang ke kampong!” walaupun suara Fumiripitsy sangat keras dan masih dapat didengar oleh teman karibnya, temannya tidak menghiraukan. Ia terus mendayung perahu ke kampong. Dengan rasa sedih ia menyesal Fumiripitsy menemui kekasihnya. Fumiripitsy bertanya kepada kekasihnya, “bagaimana cara saya dapat kembali ke kampong?” Tewarautsy memutar otak, memikirkan cara yang perlu ditempuh oleh kepulangan kekasinya. Ia akhirnya menemukan gagasan. Si ahli pahat harus dibungkus dengan daun nipah lalu diikat dan diletakkan di haluan perahu. Mungkin dengan cara demikian kekasihnya dapat tiba di kampung, pikirnya dalam hati.
Keduanya segera melaksanakan gagasan itu. Tetapi apa yang terjadi dalam perjalanan? Malang tak dapat dirah mujur tak dapat ditolak. Sementara dalam perjalanan pulang, perahu yang ditumpanginya Fumiripitsy dihadang angin rebut, dihempas ombak setinggi gunung. Akibatnya, tali pengikat Fumiripitsy terlepas dari perahu dan jatuh ke dalam sungai. Tewarautsy tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mendayung perahunya untuk pulang ke kampong.
Setibanya di kampong, Tewarautsy menceritakan kejadian yang telah menimpanya bersama Fumiriptsy kepada teman-teman wanitanya yang lebih dahulu pulang. Mendengar cerita itu semua temannya merebahkan diri ke tanah sambil menangisi si ahli pahat yang telah tenggelam. Ketika cerita tersebut sampai ke telinga penduduk kampong, mereka memutuskan untuk mencari Fumiripitsy dari muara sampai ke hulu sungai. Ternyata usaha sia-sia, Fumiripitsy telah dibawa arus sungai dan terdampar di pantai utara sungai Yet dalam keadaan tak bernyawa.
Konon yang berhasil menemukan mayat Fumiripitsy adalah Eer dan Samaar. Setelah mengetahui fumiripitsy sudah tak bernywa, timbullah hasrat Eer dan Samaar untuk menghidupkan kembali Fumiripitsy. Untuk mewujudkan hasrat tersebut, mereka berdua memanggil semua burung yang berada disekitar daerah itu dan bertanya, “Siapa diantara kali yang sanggup menghidupkan mayat Fumiripitsy?” namun tak seekor pun yang sanggup menjawabnya, karena tidak mampu menhidupkannya.
Tiba-tiba datanglah seekor burung Aseh (Pembawa Berita). Setelah melihat keadaan Fumiripitsy, Burung Aseh segera terbang menemui Burung Rajawali. Burung Aseh menceritakan kejadian yang dilihatnya kepada burung Rajawali. Setelah mendengar, Burung Rajawali langsung mengumpulkan ramuan yang terdiri dari telur buaya, telur ayam hutan, dan telur kasuari, lalu berangkat menghampiri mayat Fumiripitsy dengan ramuan yang telah dibawanya. Telur ayam hutan tersebut dipecahkan lalu digosokkan di seluruh tubuh sang ahli pahat. Selanjutnya digosok dengan telur buaya dengan cara yang sama. Cara yang sama pula dipakai untuk telur kasuari. Dengan gosokan tersebut tubuh Fumiripitsy muliai bergerak, kemudian duduk dan akhirnya dapat berjalan. Fumiripitsy benar-benar telah hidup kembali. Kemudian diantara oleh Eer dan Samaar pulang ke kampungnya.
Beberapa hari kemudian, Fumiripitsy membangun sebuah “Yayuro” (Rumah Panjang). Ruangannya dihiasi oleh patung hasil karya Fumiripitsy sendiri termasuk diberi nama “Mbis) (patung Panjang) yang pertama. Selain Mbis, Fumiripitsy juga membuat “Eme” (Tifa) yang indah sekali. Eme dapat dibunyikan secara perlahan-lahan atau cepat maupun sangat cepat. Apabila eme di-tabuh, Mbisa dan patung lainnya yang tergantung di dinding ruangan itu akan menjelma menjadi manusia dan bergerak keluar lalu menari. Mereka menari menari-nari meningikuti irama eme. Fumiripitsy berkata kepada Mbis dan kawan-kawannya, “Mulai saat ini, kamu menjadi anak-anakku. Oleh karena itu, pergi dan tempati seluruh pelosok daerah lain.”

Melalui cerita inilah suku Asmat percaya bahwa nenek moyang Fumiripitsy telah menurunkan suku Asmat melalui Mbis karena adanya kepercayaan bahwa mereka adalah keturuan Mbis yang diciptakan oleh Fumiripitsy seorang ahli pahat, Bagi suku Asmat kegiatan mengukir, menganyam, menyanyi, dan menari-nari merupakan pusat kehidupan mereka. Bagi orang Asmat kalau tidak memiliki keterampilan mengukir, menganyam, dan menari-nari berarti mati.

2 comments:

Terimakasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan tanggapan/saran/sanggahan/motivasi atau apapun yang berkaitan dengan postingan diatas. Mohon maaf, Apabila mengandung Komentar yang bersifat:
1. Pornografi.
2. Rasisme.
3. SPAM.
4. atau Apapun yang menyinggung orang/pihak lain maka komentarnya akan dihapus. Terimakasih