09 June 2014

Antara Saya, Ka Ina dan Kampus

Tujuh (7) tahun sudah, saya menempuh pendidikan di tanah Pasundan Bogor. Tepatnya di Institut pertanian Bogor (IPB). Waktu yang tidak cepat. Banyak kisah yang telah saya jalani kampus ini. Mulai dari kisah yang menarik hingga kisah yang menyedihkan. Ada masa dimana saya down, ada juga masa dimana saya bersemangat untuk menempuh ilmu dengan baik. 
Banyak teman-teman saya saat SMK maupun kuliah telah bekerja. Namun, saya masih menempuh pendidikan sampai saat ini. Wah, suatu keadaan yang sangat tidak mengenakan. Apalagi ketika bertemu teman lama dan bertanya tentang pekerjaan atau tentang studi. Kadang saya merasa minder dengan mereka. Namun, dengan nada yang setengah tegas saya katakan bahwa "saya masih kuliah". Banyak diantara teman-teman saya menganggap saya tidak mampu atau entah apalah yang mereka pikirkan setelah saya mengatakan demikian. Dalam pikiran saya, yang penting saya telah mengutarakan kata yang sebenarnya tanpa membohongi teman saya.Tidak hanya disitu saja, banyak orang-orang sekampung juga sering bertanya lewat telpon atau lewat media sosial tentang keadaan dan status pendidikan saya. Saya selalu menjawabnya dengan jawaban yang sama seperti diatas. 
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kadang membuat saya frustrasi. Rasanya ingin menghindar jauh-jauh dari hadapan mereka agar mereka tidak mengganggu saya, namun sangat susah.Semakin lama saya berdiam dalam keadaan seperti ini, saya merasa saya semakin tertekan. Satu-satunya cara adalah harus menghadapi keadaan ini agar apa yang saya impikan dapat tercapai, walaupun saya telah menyia-nyaikan banyak waktu.
------------------------------------------------------------------------------
Salah satu penyebab terbesar keterlambatan ini adalah ketika saya memasuki semester 6. Seperti biasanya, sebagai seorang mahasiswa. saya mengerjakan tugas-tugas dari kampus hingga pagi hari. Hari itu, saya tidak tidur semalaman. Dengan badan yang agak sedikit lemas, saya bergegas mandi dan menuju ke kampus untuk mengikuti perkuliahan pagijam 07.00 wib. Tidak seperti biasanya, hari itu badan saya terasa sangat lemas. Entah kenapa.? rasanya badan ini tak berdaya. seakan tulang belulang hancur lebur. Perlahan saya melangkahkan kaki menuju ke tempat kuliah. 
Sesampainya di ruang kuliah, saya langsung duduk di kursi pojok belakang ruang kuliah, dengan harapan saya bisa tidur sebentar untuk mengistrahatkan badan yang lelah. Dosen masuk ruang kuliah dan mulai mengajar. Tidak lama kemudian handphone di saku bergetar. Bergegas saya mengambil handphone tersebut dan mengeceknya. Wah, ternyata ada pesan yang masuk dari kaka angkat saya. tidak menunggu lama, saya langsung membuka pesan tersebut. Saya membaca Isi dari pesan tersebut dengan seksama. Awal pesan berbunyi aneh, sms ini tidak seperti biasanya. kaka saya mengatakan, 
sebelum baca sms ini kamu harus berdoa terlebih dahulu.
Saya penasaran, lalu dengan cepat membaca pesan berikutnya, Wah tidak disangkah-sangkah  pesan itu adalah berita duka. Ternyata kaka pertama saya telah pergi ke pangkuan bapa di sorga. Saya tidak berdaya menahan rasa sedih. Kaka yang paling saya sayangi telah kembali ke Bapa di sorga tanpa berpamitan. Air mata pun jatuh berlinang di pipih. Saya merasakan kehilangan sesosok kaka yang selalu menjadi panutan sekaligus tempat saya curhat dikalah senang maupun saat mengalami kesusahan.
Saya bergegas untuk berdiri lalu melangkahkan kaki dengan tujuan untuk meminta ijin ke dosen agar keluar ruang kuliah sebentar. Namun, air mata saya mengalir deras sehingga teman seperjuangan yang duduk disamping saya bertanya. kenapa kamu nangis bob..? saya langsung memberikan handphone lalu menyuruhnya untuk baca pesan tersebut. Teman saya langsung berdiri lalu meminta ijin kepada dosen untuk memberitahukan informasi tersebut kepada teman-teman di dalam ruang kuliah. Mereka terkejut mendengar berita itu. setelah itu, dosen menyuruh saya untuk istrahat di kos saja. 

Saya dan teman saya pulang ke kosan dengan kendaraan. Setelah sampai di kosan, pikiran saya semakin bercampur baur. Namun, badan saya telah lelah. jadi, saya memilih untuk tidur. Tidak tahu, entah berapa jam yang telah saya lewati. saya pun membuka mata. Wah, ternyata saya telah istrahat sehari full (12 jam). Rasa lelah di badan telah hilang, namun tidak dengan rasa sedih itu. Air mata pun tak dapat tertahankan. Pikiran melayang jauh di angkasa. 
Secara otomatis, memory yang pernah kami lewati bersama pun terputar kembali.Semua kisah itu terpampang nyata. Semua yang pernah kami rencanakan hilang sirna di telan badai perpisahan yang abadi. Cita-citaku dulu yang pernah bercerita dengan kaka untuk menghadirkan kaka di samping saya agar menyaksikan saya memakai pakaian wisuda dan toga lalu foto bersama pun kini tinggal cerita. Ternyata itu hanyalah sebuah rencana saya sebagai seorang manusia yang tidak bisa melebihi rencana Tuhan.Saya sangat terpukul, semangat saya untuk belajar pun menurun drastis.Namun, Saya sadar, kalau semua manusia akan kembali ke hadirat Tuhan. saya merasa bahwa waktu kepergiaanya tidak adil buat saya karena kaka tercinta tidak bisa menghadiri hari kesuksesan itu. sedih rasanya, namun saya harus terima kenyataan itu. 

Saya bersedih karena kaka saya sangat dekat dengan saya. Walaupun usia kami tidak jauh beda, kaka saya sangat perhatian sama saya.Ada satu cerita yang saya selalu ingat. 
Saat kecil, orang tua saya selalu memberikan kami bekal untuk sarapan di sekolah saat istrahat. disaat bekal saya habis dan saya bilang masih lapar, kaka saya selalu memberikan bekalnya untuk saya santap. Kalau saya bilang, kaka bagaimana nanti..?, dia menjawab saya masih kenyang. kamu habiskan makanannya. nanti lapar lagi kalau tidak makan habis..!.
Tidak hanya itu, kaka saya juga sangat memperhatikan penampilan dan kerapian pakaian saya. Apabila pakaian saya tidak rapi, basah atau kotor. nantinya kaka saya yang merapikan dan selalu mencucikan pakaian saya agar tetap bersih.

semasa SLTP, saya suka bermain gitar. Kaka saya paling senang melihat saya bermain gitar, jadi ketika hari menjelang sore. kaka selalu mengajak saya untuk memetik gitar lalu bernyanyi bersama sampai hari menjadi gelap gulita. kami juga sering membawakan puji-pujian di gereja. Bahkan setelah saya merantau ke tanah jawa untuk menuntut ilmu, kaka saya selalu menelpon saya dan bertanya apakah saya masih sering bermain gitar atau tidak..?.  
Pada suatu ketika saya benar-benar tidak ada uang di saku dan saat itu rasa malas mencuci pakaian.Saya menelpon kaka saya dan menceritakanya. Mendengar kabar itu, kaka saya menangis lewat telpon dan katakan kepada saya lain kali kamu jangan ceritakan hal seperti ini kepada saya karena saya juga belum dapat pekerjaan dan masih menganggur. Bahkan saat itu kk saya berkata kamu pulang saja tidak usah tinggal disitu...?.
Eliaser Pigome
Mungkin itulah contoh sepenggal cerita dari sekian cerita yang menggambarkan betapa cintanya seorang kaka kepada saya. Kaka saya sangat menyayangi saya, begitu juga saya. Namun maut memisahkan kami. Selamat jalan kaka, kebaikannmu tidak akan pernah ku lupakkan.Walaupun saat itu saya sempat down dengar kabar kepergianmu. Namun saya yakin kaka tenang di sisi kanan Allah Bapa di Sorga.Walaupun nantinya kaka tidak berdiri disamping saya disaat hari wisuda, saya bisa tersenyum karena masih ada Eliaser Pigome yang 
mewakilinya. Dia adalah harta paling berharga yang saya miliki saat ini. Akan ku jaga dan rawat dia seperti kaka menjaga saya saat saya kecil dulu. Terimakasih untuk semua kebaikannya. Koyaoooo.... ...UGATAME INIMA ENAIMO...

(BERSAMBUNG...)






No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan tanggapan/saran/sanggahan/motivasi atau apapun yang berkaitan dengan postingan diatas. Mohon maaf, Apabila mengandung Komentar yang bersifat:
1. Pornografi.
2. Rasisme.
3. SPAM.
4. atau Apapun yang menyinggung orang/pihak lain maka komentarnya akan dihapus. Terimakasih