12 April 2013

Busung Lapar di Papua akibat Sebuah ketergantungan...?

Waktu kian Silih berganti, informasi kelaparan kian timbul dan tenggelam di bumi cendrawasih yang konon katanya tanah surga, tanah yang diberikan untuk orang Keriting. Tanah yang selalu dipuja oleh orang pendatang dari berbagai negara datang ke tempat ini. Originalitas alamnya mampu memikat setiap hati. kesuburan tanahnya luar biasa, bahkan lantunan lagu Yance Rumbino pun mengatakan "jangankan alamnya, sungainya pun mengalirkan emas" sembari mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Banyak orang  akan bertanya, "kenapa daerah yang subur dan kaya ini bisa mengalami kelaparan..?". hal yang  mengundang banyak perhatian dari berbagai belahan dunia manapun. Pasti terdengar aneh, tapi ini memang nyata dan terjadi di Papua. Setelah Yahukimo beberapa tahun yang silam. sekarang giliran tambraw, kabupaten pemekaran dari sorong. bahkan, informasi terbaru mengatakan bahwa di Yahukimo kembali terjadi busung lapar. Wah, ini benar-benar tidak masuk akal...? 
Setiap orang pasti punya persepsi yang berbeda-beda tentang hal tersebut diatas. Menurut persepsi pribadi saya, kelaparan ini bisa terjadi karena sebuah KETERGANTUNGAN yang telah diajarkan secara langsung oleh Pemerintah Pusat. Bantuan-bantuan BaMa dari pusat termasuk salah satu yang paling berpengaruh terhadap perubahan ekonomi masyarakat. Dengan adanya bantuan tersebut perlahan dapat merubah paradigma dari masyarakat sehingga perubahan pola hidup mulai terlihat di lingkungan masyarakat itu sendiri.
Bantuan Pusat pun semakin gencar di pelosok-pelosok tanah Papua, budaya bertani dan beternak pun mulai bergeser ke budaya  instan (bergantung). Budaya baru yang notabenenya mengharapkan sesuatu yang instan. Lahan yang dahulu hijau karena tanah pertanian kini hijau karena ilalang. Masyarakat yang sejak dahulu mengkonsumsi ubi, sagu, keladi, dll. mulai bergeser dan mengkonsumsi makanan impor dari pusat. Beras pun menjadi makanan kelas elit di daerah-daerah.
Ironisnya lagi, daerah yang notabenenya sudah memiliki makanan lokal seakan dipaksa secara tidak langsung untuk mengkonsumsi bahkan menanam padi. Hal yang sangat disayangkan, bila pemerintah daerah masing-masing memperlakukan cara ini. Alangkah baiknya,  sektor pertanian dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan mengoptimumkan komoditas-komoditas lokal  yang selama ini menjadi primadona di tiap daerah masing-masing.
Dari persepsi diatas, ada sedikit solusi yang ingin saya paparkan bahwa, bila ada bantuan berlebih dari pusat dalam rangka penanganan kasus busung lapar maka hal yang perlu dilakukan adalah memberikan pelatihan-pelatihan tentang pentingnya ketahanan pangan lokal. Bila perlu diberikan materi tentang  kandungan dari tanaman lokal serta potensi pengolahan dan pemasaran. Disamping itu,  diperlukan pembimbingan agar dapat menciptakan inovasi-inovasi dari hasil pangan lokal tersebut.
Cara tersebut diatas menurut saya merupakan langkah yang tepat agar dapat keluar dari kasus busung lapar yang terjadi secara berulang di Papua.


1 comment:

Terimakasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan tanggapan/saran/sanggahan/motivasi atau apapun yang berkaitan dengan postingan diatas. Mohon maaf, Apabila mengandung Komentar yang bersifat:
1. Pornografi.
2. Rasisme.
3. SPAM.
4. atau Apapun yang menyinggung orang/pihak lain maka komentarnya akan dihapus. Terimakasih