21 February 2013

Piluh, Hilang dan kapan kembali SEMANGATKU

Memang akhir-akhir ini saya merasa sedikit tertekan. Saat malam, Tidur pun tidak terasa, begitu pula dengan siang. Waktu ini terasa sangat cepat pergi berlalu tanpa pamit. Bingung rasanya, apakah selama ini saya tertidur berselimutkan awan malam..?.  Pilu terasa sampe di tulang, seakan menembus jantung yang penuh dengan harapan.   Entah apalah itu, yang saya rasakan ini adalah rasaku, bukan rasamu.  Hanya saya yang tau rasa itu, Rasa yang sangat menyiksa jiwa. Hidup dimasa-masa seperti itu sangat tidak memberikan harapan yang pasti,  seakan mengejar mimpi yang belum tentu benar adanya.
Tidak seorang pun mengetahui misteri kehidupannya. Saya pun demikian,  tidak pernah mengira kalau masa sperti ini akan saya lalui. Sungguh, orang bilang “hidup itu misteri yang harus diungkap” itu memang benar adanya.  Menempuh jalan yang tidak seorangpun mengetahui kecuali Bapa yang menciptakanku. ini merupakan sejarah dalam kehidupan saya. Melewatkan waktu berharga dengan kegiatan yang tidak berarti. Hati kecilku berkata “Robi, ini bukan dirimu sebenarnya, kamu adalah orang yang menghargai waktu”. Tapi apa dayaku, nasib berkata lain. Diakhir bahagiaku, sedihku pun ku genggam. Perlahan, satu persatu orang yang menjadi panutan, penasehat, sekaligus mativatorku pulang kembali ke pangkuan sang Pencipta.
Lengkaplah semua penderitaanku, “siapa ka, harapanku selanjutnya..?” sahutku dengan nada suara yang putus-putus. Semangatku pergi berlalu. Jauh.....!! diatas awan-awan, yang makin lama makin tidak jelas. Kata yang tepat untukku saat-saat tersebut adalah “MENUNGGU” hingga semangat itu kembali ke sisiku bersama waktu yang sili berganti. Sambil berharap ada mukjizat yang datang secara tak terduga. Tentunya uluran yang tulus, tanpa pamri.
Di kesempatan lain, saya menyadari kalau saat ini merupakan saat yang paling menentukan masa depan. Kalau saya menyerah dengan keadaan ini, maka saya adalah orang yang dilahirkan untuk lari dari masalah. Perasaan gunda-gulana,  terus menerpa sudut-sudut hati seakan berusaha untuk meluluhkan sisa-sisa semangat yang  tersimpan.
Sore ini, saya duduk termenung di dalam kamar yang terlihat sempit. Sempit karena penuh dengan tumpukan-tumpukan buku yang tidak  saya butuhkan saat-saat tersebut. Teringat sekali di ingatan, pesan yang pernah diberikan oleh seorang pendeta kepada mahasiswa Papua, di Aula Kamasan Papua Bogor bahwa, “hidup itu seimbang, ada kalanya kita senang. Adapula waktunya untuk kita bersedih” semua berjalan dengan dinamis. Di sela-sela kesempatan tersebut pendeta juga mengatakan bahwa kebanyakan orang menikmati hidup disaat orang tersebut dilanda masalah sehingga ingatan tersebut memberikan kesan bahwa susah itu sangat menyulitkan dan memberikan kesan yang buruk. Seandainya bila orang mau menikmati kesenangan maka mereka akan mengetahui betapa indahnya kesenangan itu. Keduanya berjalan secara dinamis, tergantung dari pribadi kita masing-masing  untuk memaknainya, sahut pendeta diakhir khotbahnya.
Saya baru sadar kalau itu hanya cobaan bagiku. Saya harus lebih kuat dan berani melewati semua dengan penuh semangat. Mungkin selama ini saya tidak terlalu memaknai hidup dan terlalu terbawa kesenangan belaka. Bagiku, hal ini merupakan kenangan paling tidak mengenakan sekaligus paling berharga karena tidak semua orang merasakan hal yang sama. Pengalaman yang tidak bisa dibeli oleh uang, berapa pun harganya.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan tanggapan/saran/sanggahan/motivasi atau apapun yang berkaitan dengan postingan diatas. Mohon maaf, Apabila mengandung Komentar yang bersifat:
1. Pornografi.
2. Rasisme.
3. SPAM.
4. atau Apapun yang menyinggung orang/pihak lain maka komentarnya akan dihapus. Terimakasih