Ada banyak cerita tentang sukarelawan dan orang-orang yang penuh kasih
dimanapun di belahan dunia ini. Mereka seperti malaikat pelindung yang
menjelma menjadi manusia dan menebarkan kasih serta harapan dimanapun
mereka berada. Ketika memandang foto ini dan membayangkan perlakuan
sekelompok manusia lain yang memperlakukan Papua seperti “sapi perahan”,
sungguh amat ironis dan menyedihkan. Adalah pekerjaan hina bila
sekumpulan orang megeksploitasi suatu wilayah dan menelantarkan penduduk
asli di wilayah tersebut, apalagi bila pekerjaan seperti itu direstui
oleh Negara. Orang-orang beragama yang benar manapun tak akan bisa
membenarkan perbuatan seperti itu.
Memang jelas tertulis dalam
Undang-Undang Dasar, bahwa tanah, air dan segala yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
kepentingan bersama. Tetapi melupakan penduduk asli yang sudah hidup
ratusan tahun di wilayah tersebut adalah sungguh-sungguh perbuatan tak
pantas. Perbuatan-perbuatan semacam inilah yang ujung-ujungnya pasti
melahirkan pertikaian. Tidak mungkin sebuah kedamainan abadi tercipta
ditengah berlangsungnya ketidak-adilan di tanah Papua.
Sama halnya
orang yang pintar otaknya bisa menjelma menjadi monster yang mengerikan
tanpa memiliki kecerdasan perasaan. Tokoh teroris adalah contoh yang
amat gamblang. Kalau kita bisa mengutuk begitu keras pada tindakan
teroris, maka seharusnya kita juga bisa mengutuk keras terhadap segala
bentuk ketidak-adilan di wilayah-wilayah terbelakang yang dijadikan
obyek-obyek “sapi perahan”. Saya berharap, Negara ini memiliki martabat
terhormat untuk tidak melakukan hal-hal semacam ini, hal yang amat hina
dan memalukan. Mari kita belajar dan berjuang menjadi bangsa besar yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Lebih baik menjadi orang kere
dengan hati mulia daripada menjadi orang kaya dari hasil kerja yang
diharamkan.
Jangan memberi makan anak-anak pribumi papua dengan uang
bore (tipuan) dan jangan membiayai bangsa papua dari hasil kerja tak
bermartabat. Bukan berarti kita menolak investasi asing, tapi kita mau
asing yang tahu adat! Komitmen seperti ini harus datang dari pihak
pribumi, demi sebuah nilai keluhuran kemanusiaan yang wajib kita
perjuangkan dan pegang teguh.
mental bangsa ini sangat perlu "pengobatan".........generasi mendatang harus bisa lebih baik dari hari ini!!!!
ReplyDeleteiya bro, negara kita memang bgini. kotoran dimata orang bisa kita lihat tapi kotoran dimata kita sendiri susah tuk dikelaurkan. sungguh sedih juga.
ReplyDelete